Sahabat Abu Bakrah mengisahkan, suatu hari Nabi shallallahu
alaihi wa sallam sedang memangku cucunya Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhuma. Sambil
memangku cucunya, beliau berbicara kepada kami. Sesekali beliau menghadap
kepada kami, dan sesekali beliau mencium cucunya. Lalu beliau bersabda:
إِنَّ ابْنِي هَذَا
لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Sejatinya cucuku ini adalah seorang pemimpin
besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia akan mempersatukan/ mendamaikan
antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai” (HR Ahmad dan
lainnya).
Sungguh benar Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam.
Pada tahun 40 atau 41 Hijriyah, setelah melalui
peperangan sengit antara pasukan sahabat Mu’awiyyah dan Pasukan sahabat Al
Hasan bin Ali Bin Ali Thalib, kebesaran jiwa Al Hasan cucu Nabi shallallahu
alaihi wa sallam benar-benar terbukti. Dengan segala kebesaran
jiwanya, beliau menyerahkan kepemimpinan umat Islam yang ada di
tangannya, kepada sahabat Mu’awiyyah, demi menyatukan ummat Islam yang
sedang berselisih ketika itu.
Sejak saat itulah ummat Islam bersatu dibawah
kepemimpinan sahabat Mu’awiyyah, dan terbuktilah kebenaran sabda Nabi bahwa
cucunya ini menyatukan antara dua kelompok dari umat Islam yang bertikai. Dan
selanjutnya tahun serah terima kekuasaan ini dikenal dengan sebutan Tahun Persatuan.
Semoga Allah menyatukan kita bersama sahabat Al
Hasan bin Ali dan juga sahabat Mu’awiyah radhiallahu’anhum jami’an
di surga-Nya. Amiin.