Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Membersihkan Tempat Tidur

Ustadz M.Faizur Mesir ;
Mengapa kita dianjurkan utk membersihkan tempat tidur sebelum kita menidurinya...??

Simak perkataan al-Qursyi berikut :

حدثنا أبي، حدثنا هشيم بن إسماعيل بن أبي خالد عن قيس بن أبي حازم قال:

ما من فراش يكون في بيت مفروشا لا ينام عليه أحد إلا نام عليه الشيطان...

"Tidak ada satu kasur pun tergelar dalam suatu rumah yg tidak ditiduri oleh seorang manusia, kecuali SETAN AKAN TIDUR DI ATAS KASUR ITU..."
(Akamul Marjan fi ahkamil Jaan hal.150)

Maka hendaknya sebelum kita tidur, tebaslah kasur dengan sapu lidi atau semacamnya, terlebih jika kita sedang singgah ke rumah orang lain atau menginap di hotel, krn kita tdk tau sudah berapa lamakah tempat tidur itu dibiarkan dan kita juga tdk tau setan apa yg suka tidur di atas kasur tsb... lebih baik lg ambil air wudhu dan baca dzikir sebelum tidur.

Sifat Malu

Malu adalah ImanLunturnya sifat malu dalam masyarakat merupakan salah satu parameter degradasi iman. Sebab, rasa malu akan segera menyingkir dengan sendirinya tatkala iman sudah terkikis. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:"Malu dan iman saling berpasangan. Bila salah satunya hilang, maka yang lain turut hilang." (HR:Hakim). Rasulullah SAW pernah melewati seorang Anshar yang mencela sifat malu saudaranya. Maka Rasululloh SAW bersabda, yang artinya: "Tinggalkan dia. Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman."Dari Abi Hurairah ra, Rasululloh SAW  bersabda, yang artinya: "Iman itu ada tujuh puluh bagian. Yang paling tinggi adalah kalimat 'La ilaha illallah' dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalan. Dan malu adalah bagian dari iman."(HR:Bukhari) 

Pendengaran Orang Kafir

Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang[*]. Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami).(QS 30 Ar Ruum 52-53)

[*]. Orang-orang kafir itu disamakan Tuhan dengan orang-orang mati yang tidak mungkin lagi mendengarkan pelajaran-pelajaran. Begitu juga disamakan orang-orang kafir itu dengan orang-orang tuli yang tidak bisa mendengar panggilan sama sekali apabila mereka sedang membelakangi kita.

BEBERAPA HUKUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN SHALAT JUM'AT

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli[*]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki. (QS 62 Al Jumu'ah 9-11)

[*]. Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.

Allah Yang Berkuasa dan Yang Menentukan

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS 2 Al Baqarah 163-164)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun ayat tersebut di atas (S. 2: 163), kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya. "Apakah benar Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian, berikanlah kepada kami bukti-buktinya!" Maka turunlah ayat berikutnya (S. 2: 164) yang menegaskan adanya bukti-bukti keesaan Tuhan.
(Diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur di dalam Sunannya, al-Faryabi di dalam Tafsirnya, dan al-Baihaqi d idalam Kitab Syu'bul Iman yang bersumber dari Abidl-Dluha. As-Sayuthi berpendapat bahwa Hadits ini mu'dlal, tetapi ada syahid (penguatnya).)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa setelah turun ayat ini (S. 2: 163) kepada Nabi SAW di Madinah, kafir Quraisy di Mekah bertanya. "Bagaimana Tuhan Yang Tunggal dapat mendengar manusia yang banyak?" Maka turunlah ayat berikutnya (S. 2: 164) yang menegaskan adanya bukti-bukti keesaan Tuhan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu-Syaikh di dalam kitab al-'Izhmah yang bersumber dari 'Atha'.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Quraisy berkata kepada Nabi Muhammad SAW. "Berdoalah kepada Allah agar Ia menjadikan Shafa ini gunung mas, sehingga kita dapat memperkuat diri melawan musuh." Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (S. 5: 115) untuk menyanggupi permintaan mereka dengan syarat apabila mereka kufur setelah dipenuhi permintaan mereka, Allah akan memberikan siksaan yang belum pernah diberikan kepada yang lain di alam ini. Maka bersabdalah Nabi SAW: "Wahai Tuhanku, biarkanlah aku dengan kaumku, aku akan ajak mereka sehari-demi sehari." Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 164) yang menjelaskan mereka meminta Shafa dijadikan emas, padahal mereka mengetahui banyak ayat-ayat (tanda-tanda) yang luar biasa daripada itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas. Sanadnya baik dan maushul, yaitu hadits yang sanadnya tidak terputus sampai kepada Nabi SAW).

Ketidak sopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina", tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih[*]. (QS 2 Al Baqarah 104)

[*]. Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Di kala para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa dua orang Yahudi bernama Malik bin Shaif dan Rifa'ah bin Zaid, apabila bertemu dengan Nabi SAW mereka mengucapkan: "Ra'ina sam'aka was ma' ghaira musmai'in." Kaum Muslimin mengira bahwa kata-kata itu adalah ucapan ahli Kitab untuk menghormati Nabi-nabinya. Mereka pun mengucapkan kata-kata itu kepada Nabi SAW. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 104) sebagai larangan untuk meniru-niru perbuatan kaum Yahudi.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari as-Suddi.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kata "Ra'ina" dalam bahasa Yahudi berarti caci maki yang jelek. Sehubungan dengan itu ada peristiwa sbb: Ketika kaum Yahudi mendengar sahabat-sahabat Nabi SAW memakai perkataan itu (Ra'ina) mereka sengaja mengumumkan agar perkataan itu biasa dipergunakan dan ditujukan kepada Nabi SAW. Apabila para shahabat Nabi mempergunakan kata-kata itu, maka mereka menertawakannya. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 104). Ketika salah seorang shahabat, yaitu Sa'd bin Mu'adz mendengar ayat ini, berkatalah ia kepada kaum Yahudi: "Hai musuh-musuh Allah! Jika aku mendengar perkataan itu diucapkan oleh salah seorang di antaramu sesudah pertemuan ini akan kupenggal batang lehernya."
(Diriwayatkan oleh Abu Na'im di dalam kitab ad-Dala'il dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 104) ketika seorang laki-laki berkata: "Ari'na sam'aka".
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ad-Dlahhak.)

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada waktu itu ada beberapa orang Yahudi yang mengatakan: "Ari'na sam'aka" yang ditiru oleh beberapa orang Islam. Akan tetapi Allah membencinya dengan menurunkan ayat ini (S. 2: 104).
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Athiyyah.)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika kaum Muslimin mengucapkan "Ra'ina sam'aka", datanglah kaum Yahudi dan berkata seperti itu. Maka turunlah ayat ini (S. 2:104).
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 10) sehubungan dengan ucapan "ra'ina", yaitu bahasa yang dipakai kaum Anshar di zaman Jahiliyyah, dan karenanya dilarang oleh ayat ini (S. 2: 104).
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha'.)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa sesungguhnya orang Arab apabila bercakap dengan salah seorang temannya berkata: "Ari'na sam'aka." Kemudian mereka dilarang menggunakan kata-kata itu dengan turunnya ayat ini (S. 2:104).
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abil-'Aliah.)

Dzikir Selesai Shalat Fardhu

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Ka'b Bin 'Ujrah Ra dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda: "Ada beberapa mu`aqqibaat yang tidak akan kecewa orang yang mengucapkannya atau yang mengamalkannya setiap shalat fardhu, yaitu: 33 kali tasbih, 33 kali tahmid dan 34 kali takbir." (HR Muslim, kitab al-Masaajidu wa Mawaadhi`ush Shalaah, bab Istihbabudz Dzikir ba`dash Shalaati wa Bayaanu Shifatihi).

Sepuluh Cara Agar Bisa Mencintai Allah

Ibnul Qayyim menyebutkan 10 cara agar bisa mencintai Allah:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2iRDCn8wiZrnhrAEPwRfSElvDuRtF2vSTxEGk8l5TqQznoiOjePGb1Fs8kX1FIrbUMggpo5f6UgpNvXIjd4ULVveXdZQvITJ1di8KfweSqYZLardyzVylIy9msrFjkQjNjSy4YIaSjjIL/s400/menyintai+ALLAH.jpg1. Membaca Al Qur’an, mentadabburi, dan memahami makna-maknanya.
2. Bertaqarrub kepada Allah dengan mengamalkan amal-amal yang sunnah.
3. Selalu berdzikir kepada Allah di setiap keadaan, dengan lisan, hati dan amal.
4. Lebih mementingkan apa yang dicintai oleh Allah di atas yang dicintai oleh hamba ketika bertabrakan.
5. Menyelami nama-nama Allah dan sifatNya serta pengaruh dan kesempurnaan yang ditunjukkan olehnya.
6. Memikirkan nikmat-nikmat Allah yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Serta menyaksikan kebaikan-kebaikaNya kepada hambaNya.
7. Menundukkan hati di hadapan Allah dan selalu merasa faqir kepadaNya.
8. Bermunajat kepada Allah di saat sepertiga malam terakhir dengan shalat, membaca alqur’an dan istighfar.
9. Bershahabat dengan orang-orang shalih dan mengambil faidah dari mereka.
10. Menjauhi semua yang menghalangi hati dari Allah.

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi pada Hari Jum'at

Hari Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan beberapa kejadian besar pada hari tersebut. Dan juga ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya, khususnya pelaksanaan shalat Jum’at berikut amal-amal yang mengiringinya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ

"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. . . . " (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)

Membaca Surat Al-Kahfi

Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.

1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)

2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.

Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)”

Kapan Membacanya?

Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237).

Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaah mengungkapkan dalam Amali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).

DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).
"Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at."
Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at

Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)

Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:

إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)

Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal

Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,  “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.

Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93)
Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:

أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ

Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)

KETIKA NERAKA MINTA TAMBAHAN…

Bayangkan… tatkala sudah banyak manusia yg dilemparkan dan dibakar di dalam api neraka. ALLAH bertanya kepada Neraka. (QS Qaaf:30):
{ يَوْمَ نَقُولُ لِجَهَنَّمَ هَلِ امْتَلأتِ وَتَقُولُ هَلْ مِنْ مَزِيدٍ (30)
"APAKAH KAMU SUDAH PENUH?"
Neraka tidak mengatakan iya atau tidak, tapi ia berkata; "APAKAH MASIH ADA TAMBAHAN?". Ia begitu beringasnya ingin menyiksa mereka yg durhaka pada Rabbnya .Iya terus meminta tambahan. Nabi SAW bercerita,bhw orang2 dilemparkan ke dalam neraka, sedang neraka terus berkata,"Apakah msh ada tambahan?
(HR Bukhari).....Na'udzubillah…
Siapakah yang mau menjadi tambahan untuk api Neraka?
Tidak Ada… tapi kadang kala,amal kita mengantarkan kita ke Neraka
Rasulullah SAW bersabda;
((مَنْ اسْتَجَارَ مِنْ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتِ النَّارُ: اللَّهُمَّ أَجِرْهُ مِنْ النَّارِ))
"Barang siapa yg meminta kepada ALLAH agar diselamatkan dari Api Neraka tiga kali, Maka Neraka berkata, "Ya ALLAH selamatkan dia dari Neraka". (HR Tirmidzi, Shohih).
اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ النَّارِ
Ya ALLAH selamatkan aku dari Neraka Banyak-banyaklah membaca doa ini Sehingga kita tidak menjadi orang-orang yang diminta kedatangannya oleh Neraka.......

اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ النَّارِ
اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ النَّارِ
اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ النَّارِ

Bertemu Allah

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Barang siapa yang senang bertemu dengan Allah maka Allah senang bertemu dengannva, dan barang siapa yang benci bertemu dengan Allah, maka Allah benci bertemu dengannya . Sedang mati adalah sebelum bertemu dengan Allah". (Hadits ditakhrij oleh Muslim).

Balasan Memusuhi Wali Allah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: "Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. HambaKu tidak mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang paling Aku sukai dari pada sesuatu yang Aku fardhukan atasnya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan sunnat-sunnat sampai Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pandangan yang untuk mendengarnya, penglihatan yang untuk melihatnya, tangan yang untuk menamparnya dan kaki yang untuk berjalan olehnya. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar­benat memberinya. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap sesuatu yang Aku lakukan seperti kebimbanganKu terhadap jiwa hambaKu yang beriman yang mana ia tidak senang mati sedang Aku tidak senang berbuat buruk terhadapnya". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Allah Memperbolehkan Umat Muhammad Sujud Pada Hari Kiamat

Dari Abu Rurdah dari ayahnya, ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Apabila Allah mengumpulkan makhluk pada hari Qiyamat, maka Allah mengizinkan umat Muhammad untuk bersujud, lalu mereka sujud lama, Kemudian diucapkan : "Angkatlah kepalamu, karena Kami telah menjadikan hari-harimu itu sehagai tebusanmu dari neraka (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Allah Menggenggam Bumi

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian berfirman : "Akulah Raja, dimanakah raja-raja bumi ?" (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

7 Hikmah dan Keutamaan Qurban 'Idul Adha

 
1. Kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]

2. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

3. Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah

Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]

4. Berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa

“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]

5. Berkurban adalah ibadah yang paling utama

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]

Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”

6. Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al Hajj : 34]

7. Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 - 107]

Penyembelihan Ismail as.

(QS 37 As-Saffat : 99-111)
Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku[1]. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh". Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar[2]. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia "Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[3]", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[4]. Kami abaikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

[1] Ibrahim pergi ke suatu negeri untuk dapat menyembah Allah dan berdakwah.
[2] Yang dimaksud ialah Nabi Ismail as.
[3] Yang dimaksud dengan "membenarkan mimipi" ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah SWT dan wajib dilaksanakannya.
[4] Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail as. maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan qurban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyari'atkannya qurban yang dilakukan pada hari Raya Haji.

Keutamaan Hajar Aswad

Banyak riwayat yang menekankan keutamaan Hajar Aswad dan anjuran untuk menyentuh dan menciumnya saat thawaf. Dan cukuplah menjadi keutamaannya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyentuh dengan tangannya yang lembut dan mencium dengan bibirnya yang mulia.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu mencium Hajar Aswad seraya berkata, “Sesungguhnya aku tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak dapat mendatangkan bahaya dan memberi manfaat, kalaulah karena aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, niscaya aku tak akan menciummu.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Hajar Aswad diturunkan dari surga, saat itu warnanya lebih putih dari susu, lalu dosa-dosa, keturunan Adam membuatnya berubah menjadi hitam.”

Juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang Hajar Aswad:

“Demi Allah! Hajar Aswad akan dibangkitkan pada hari kiamat, Allah memberinya mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat berbicara, memberikan persaksian terhadap orang yang menyentuhnya dengan kebenaran.”

Musafi bin Syaibah berkata, “Aku mendengar Abdulah bin Amru bin Ash radhiallahu ‘anhu berkata: ‘Aku bersaksi dengan nama Allah! (sambil meletakkan anak jarinya di telinga) aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‘Sesungguhnya Hajar Aswad dan Maqam adalah dua buah batu di antara batu-batu Yaqut (batu mulia) di surga, yang dihilangkan oleh Allah cahayanya, andaikan Allah tidak menghilangkan cahayanya, niscaya sinarnya menerangi antara timur dan barat’.”

Di saat Nabi Ibrahim membangun Ka’bah, tinggal satu bagian yang belum terpasang batu, lalu Nabi Ismail pergi mencari sesuatu. Nabi Ibrahim berkata, “Carilah sebuah batu seperti yang telah aku perintahkan!” Nabi Ismail berangkat mencari batu. Ketika ia datang dengan membawa batu, ia dapati di tempat tersebut telah terpasang Hajar Aswad, maka ia berkata, “Ayahku! Siapa yang membawa batu ini kepadamu?” Ia berkata, “Yang membawanya kepadaku adalah orang yang tidak bergantung kepada usahamu, Jibril telah membawanya dari langit.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, bahwa ia selalu menyentuh Hajar Aswad, kemudian mencium tangannya, dan berkata, “Aku tak pernah meninggalkan perbuatan ini semenjak aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciumnya.”

Hijir Ismail



Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa hijir Ismail masih termasuk Baitullah, dan termasuk dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS. Al-Hajj: 29)

Oleh karena itu, ketika thawaf kita harus mengelilingi hijir Ismail. Jika tidak mengitarinya maka thawaf kita tidak sah. Hijir yaitu: tempat di mana Nabi Ibrahim meletakkan istrinya Hajar dan putranya Ismail, ketika ia membawa mereka ke Mekah. Ia memerintahkan Hajar membuat bangsal di tempat tersebut.

Bangsa Quraisy telah memasukkan sebagian dari Ka’bah ke dalam hijir, karena kurangnya anggaran mereka ketika membangunnya kembali setelah dipugar. Di saat Abdullah bin Zubair radhiallahu ‘anhu menguasai Mekah, ia memugar Ka’bah dan membangunnya kembali, dan memasukkan kembali bagian Ka’bah yang dikeluarkan oleh Quraisy ke hijir. Tetapi setelah terbunuhnya Ibnu Zubair radhiallahu ‘anhu, Hajjaj mengembalikannya lagi ke dalam hijir, dan membangun dinding di atas pondasi yang dibangun oleh Quraisy, dan demikianlah hingga sekarang.

Maka jadilah sebagian hijir termasuk bagian dari Ka’bah dan sebagian yang lain bukan termasuk Ka’bah. Dalil yang menunjukkan bahwa sebagian hijir termasuk bagian dari Ka’bah, adalah hadis yang diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anhu”

“Kalaulah bukan karena kaummu baru saja meninggalkan kesyirikan (kejahiliyahan), niscaya aku telah menghancurkan ka’bah dan pintunya aku buat menjadi sejajar dengan tandah an aku membuat dua pintu; pintu sebelah timur dan pintu sebelah barat dan aku tambahkan dan hijir sebanyak 6 hasta, karena sesungguhnya Quraisy menguranginya di saat membangun Ka’bah.”

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu berkata, “Sungguh sekiranya Aisyah mendengar ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menurutku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh dua sudut yang berhadapan dengan hijir, melainkan karena Baitullah dibangun tidak sempurna seperti yang dibangun oleh nabi Ibrahim.”

Banyak ulama yang menyebutkan bahwa Nabi Ismail dimakamkan di hijir di sisi kuburan ibunya. Tetapi semua riwayat ini dha’if (lemah) tidak satu pun yang shahih. Di antara alasan dhaifnya adalah banyak sahabat yang menyaksikan dan ikut serta ketika Quraisy membangun Ka’bah, dan menggali pondasi Ka’bah saat itu, dan tidak seorang pun dari mereka yang melihat ada bekas kuburan. Jika di sana memang ada kuburan, tentu kita tidak dibenarkan menginjak kuburan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya menginjak dan duduk-duduk di atas kubur.

Banyak hadis yang menjelaskan, bahwa masuk ke dalam hijir berarti masuk kedalam Baitullah. Di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Dahulu aku ingin sekali masuk ke Baitullah dan shalat di dalamnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menarik tanganku dan membawaku ke dalam hijir seraya bersabda:

“Jika engkau ingin masuk ke Baitullah, maka shalatlah di sini (hijir) karena ini adalah bagian dari Baitullah, karena kaummu menguranginya di saat membangunnya kembali.”

Diriwayatkan dari Abdul Hamid bin Jubair dari bibinya Shafiyyah binti Syaibah, ia berkata, “Aisyah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah! Bolehkah aku masuk ke Baitullah?”, beliau Bersabda:

“Masuklah ke dalam hijir, karena ia masih bagian dari Baitullah.”

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, “Lakukanlah shalat di tempat orang-orang pilihan, dan minumlah minuman orang-orang yang baik! Lalu ada yang berkata, “Di mana tempat shalat orang-orang pilihan itu?” Ia menjawab, “Di Bawah Mizab (pancuran emas),” dan ada yang bertanya, “Apa minuman orang-orang yang baik?” Ia menjawab, “Air zam-zam.”

Hadis di atas menjelaskan keutamaan shalat di hijir.

Adapun hadis yang diriwayatkan dari Atha, bahwa ia berkata, “Siapa yang berdiri di bawah pancuran Ka’bah, lalu berdoa, niscaya dikabulkan, dan dia keluar dari dosanya seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.”

Hadis ini dha’if tidak bisa dijadikan hujah. Perkataan ini berkaitan dengan hal-hal yang ghaib, naifnya lagi tidak disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau kepada salah seorang sahabat.

Maqam Ibrahim dan Keutamaannya

Maqam Ibrahim yaitu batu tempat ia berdiri di saat membangun Ka’bah. Karena membangun Ka’bah adalah amalan yang paling dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia menjadikan jejak kaki Ibrahim sebagai suatu hal yang patut diperingati dan diambil pelajaran oleh anak dan cucunya.

Diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Sa’id bin Jubair bahwa dia berkata, “Batu itu adalah tempat Nabi Ibrahim berdiri, batu tersebut dibuat Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi lunak dan Dia jadikan sebagai rahmat dan Nabi Ibrahim berdiri di atasnya, sedangkan Nabi Ismail mengambilkan batu.”

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyetujuiku dalam 3 hal; aku berkata “Wahai Rasulullah! Andai engkau menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun ayat,

“Dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.” (QS. Al-Baqarah: 125)

At-Thabari dalam tafsirnya meriwayatkan dari jalur Sa’id bin Abi Urubah dari Qatadah tentang ayat di atas: “Mereka hanya diperintahkan melakukan shalat di sisinya bukan untuk mengusapnya.” Ia (Qatadah) berkata: “Orang-orang yang melihat bekas jejak telapak kaki Nabi Ibrahim di batu tersebut menceritakan kepada kami, bahwa jejak tersebut dahulunya tampak, tetapi orang-orang selalu mengusapnya hingga menjadi licin dan terhapus bersih.”

Maqam ini semenjak zaman Nabi Ibrahim menempel pada Baitullah hingga pada masa khilafah Umar radhiallahu ‘anhu. Ia memindahkannya ke belakang ke tempatnya saat ini. Hal ini diriwayatkan oleh Abdul Raqaq dalam kita “Mushannaf” dengan sanad yang shahih dari Atha dan juga dari Mujahid, dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anhu dengan sanad yang kuat, semakna dengan lafadz di atas, “Sesungguhnya maqam Ibrahim pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan khilafah Abu Bakar radhiallahu ‘anhu bertaut dengan Baitullah. Kemudian dipindahkan Umar radhiallahu ‘anhu ke belaang, dan para sahabat tidak mengingkari tindakan Umar radhiallahu ‘anhu dan juga orang-orang setelahnya, inai menunjukkan terjadinya Ijma.

Umar radhiallahu ‘anhu melihat bahwa membiarkan maqam tetap pada tempatnya akan berakibat sempitnya kawasan orang yang melakukan thawaf atau shalat, maka ia memindahkannya ke tempat yang dianggap dapat menyelesaikan masalah. Perbuatan Umar radhiallahu ‘anhu ini sangat dapat dibenarkan karena ia yang mengusulkan untuk menjadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.

Keadaan Masjid Haram pukul 03.09 waktu setempat

Padang Arafah

Hari Arafah, hari semua jemaah berkumpul di Padang Arafah sebagai simbol Padang Mahsyar. Berdasarkan hadits dari Malik bin al-Harith, amalan memuji ALLAH SWT akan dibalas dengan ALLAH memenuhi hajat kita, walaupun kita terlalu asyik memuji ALLAH SWT sehingga terlupa untuk berdoa untuk hajat kita.
 
Pada Hari Arafah, Tarmizi meriwayatkan Nabi SAW mengamalkan zikir berikut: La ilaha illallah wahdahu laa sharikalah, lahul mulku walahul hamdu, biyadihil khair wa huwa 'ala kulli sha'in qadiir..

Hari ini para duta ALLAH telah menjejak ke bumi Arafah menyongsong waktu wukuf yg dirindukan. Mereka inilah duta ALLAH yg dibanggakan di hadapan para malaikat-Nya: "Dibanggakan ALLAH SWT kepada malaikat-NYA "...Apabila mereka wukuf di Arafah, ALLAH membanggakannya kpd malaikat..." (H.R Ibnu Hibban dari Abdilah bin Umar). 

Mereka adalah duta ALLAH. Seperti dikatakan dlm hadits Nabi SAW: "Duta ALLAH ada tiga: orang yg berperang, orang yg berhaji, & orang yg berumrah." (HR an-Nasai)

Bila mereka berdo'a, pasti diijabah oleh ALLAH & diijabah pula do'a mereka buat kita: "orang yang menunaikan ibadah haji diampunkan ALLAH & ALLAH juga mengampunkan orang yg didoakan oleh orang yg menunaikan ibadah haji."
(HR. Tabrani & Hakim)

Maka, bila kita msh dpt ber komunikasi dgn mereka saat ini, syukurilah, segeralah menitipkan do'a kpd para duta ALLAH agar diri kita diampuni oleh-NYA

Dan sempurnakan permohonan do'a kita dgn kebersihan batin, puasa arafah & dzikir pd jam dimana mereka mulai berwukuf. SINERGI WUQUF - rentang durasinya 4 Jam, kira2 sekitar pukul 16.00 WIB nanti sore, mulailah menggelar sajadah cinta, bersinergi dgn mengaktivasi koneksitas batin dengan jiwa² suci yg tengah berwukuf. Lalu mulailah berdzikir kpd ALLAH & berdo'a kepada-NYA.

Semoga, sinergi wuquf nanti akan mengundang rahmat & keberkahan ALLAH utk kita semua.

Surat Ali Imron

Diriwayatkan Sa'id bin Mansur bersumber dari 'Ikrimah bahwa ketika turun Ayat 85 Surat Ali Imran,"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.", berkatalah orang-orang Yahudi kpd Nabi Muhammad SAW,"Sebenarnya kami ini muslimin (orang-orang Islam)".Mendengar ungkapan kaum Yahudi tersebut, Nabi Muhammad bersabda: "ALLAH telah mewajibkan kaum muslimin berhaji ke Baitullah". Orang-orang Yahudi itu menyanggah: "Tidak diwajibkan (berhaji ke baitullah) kpd kami".Saat itu turunlah Firman ALLAH SWT, "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap ALLAH, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya ALLAH Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."(QS.Ali Imran: 96-97). 

Surat Al-Ikhlas

Rasulullah SAW bersabda: "Demi ALLAH yang jiwaku dlm genggamanNYA, sesungguhnya QUL HUWALLAHU AHAD itu tertulis di sayap Malaikat Jibrail as, ALLAHHUS SOMAD itu tertulis disayap Malaikat Mikail as, LAMYALID WALAM YUULAD tertulis pada sayap Malaikat Izrail as, WALAM YAKULLAHU KUFUWAN AHAD tertulis pada sayap Malaikat Israfil as.".Berkata Ibnu Abbas r.a. bhw Rasulullah SAW bersabda: Ketika saya (Rasulullah SAW) isra' ke langit, saya melihat Arasy di atas 360,000 pilar dan jarak jauh antara satu pilar ke satu pilar yang lain ialah 300,000 tahun perjalanan. Pada tiap-tiap pilar itu terdapat padang pasir yang jumlahnya 12,000 dan luasnya setiap satu padang itu seluas dari timur hingga ke barat. Pada setiap padang itu terdapat 80,000 malaikat yang mana kesemuanya membaca surat Al-Ikhlas. Setelah mereka selesai membaca surah tersebut maka berkata mereka: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya pahala dari bacaan kami ini kami berikan kepada orang yang membaca surah Al-Ikhlas baik lelaki maupun perempuan". Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surat Al-Ikhlas. Suatu ketika 70.000 malaikat diutus datang kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal. Kedatangan para malaikat itu hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena almarhum sering membaca surat ini. Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad SAW di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasanya dan malaikat Jibril datang kepada Nabi untuk memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah. Rasulullah S.A.W bersabda: Barangsiapa membaca surah Al-Ikhlas sewaktu sakit sehingga dia meninggal dunia, maka tubuhnya tidak akan membusuk di dalam kuburnya, akan selamat dia dari kesempitan kuburnya dan para malaikat akan membawanya dengan sayap mereka melintasi titian siratul mustaqim lalu menuju ke syurga. (HR Qurthuby)