Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Asal usul Jin

JIN secara bahasa artinya yang tersembunyi, terhalang,tertutup.
Disebut jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata manusia. ‪

Kata SYAITHAN, dalam bahasa Arab berasal dari kata syathona yg berarti ba'uda (jauh= yg selalu menjauhkan manusia dari kebenaran) lalu kata syaithan ini digunakan utk setiap mahluk berakal yg durhaka/membangkang (kullu 'aat wa mutamarrid). Pada awalnya istilah setan (syaitan) ini diberikan pd salah satu golongan jin (Iblis) yg beribadah pd ALLAH dan tinggal dg malaikat diSyurga. 

Merujuk pada kisah Adam dan Iblis dari ayat 12-20 QS alAraf, gelar setan diberikan ALLAH utk pertama kalinya pd Iblis tatkala dia menyatakan alasan penolakan untuk sujud pd Adam.QS Thaha 20:117 , ALLAH beri peringatan pd Adam bahwa mahluk yg terkutuk itu akan menjadi musuh Adam dan Istrinya. QS.Yasin;60 , ALLAH tegaskan kembali gelar setan diberikan pada musuh Adam tsb dijadikan peringatan bagi anak cucu Adam. 

Adapun IBLIS terambil dari kata 
al-balas yg berarti makhluk yg tidak mempunyai kebaikan sedikitpun (man la khaira 'indah), atau dari kata ablasa yg berarti putus asa dan bingung (yaisa wa tahayyara). Disebut iblis (putus asa) krn mereka merasa putus asa dgn rahmat ALLAH, juga disebut iblis krn mereka tdk pernah berbuat kebaikan sedikitpun. Dahulunya iblis ini bernama  Naail, akan tetapi sejak ia membangkang dan menolak perintah ALLAH sujud pd Adam,ia dirubah namanya menjadi syaithan. 

Perintah Mencontah Nabi Muhammad

“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang tidak sesuai dengan perintah kami maka amalan itu tertolak” (Shahih dikeluarkan oleh Muslim di dalam Al-Aqdhiyah/1718/18/ Abdul Baqi, Al-Bukhari secara ta’liq (13/hal 329/fath) setakan As-Salfiyyah)

Keutamaan Perkataan Baik

Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji. [QS 22 Al Hajj 24]

Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik[1] dan amal yang saleh dinaikkan-Nya[2]. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. [QS 35 Faathir 10]

[1]. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa perkataan yang baik itu ialah Kalimat Tauhid yaitu Laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan semua perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah.

[2]. Maksudnya ialah bahwa perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala.

Anak Yang Sholeh

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As-Sa'idi r.a., ia berkata: Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW., tiba-tiba datang seorang laki-laki dari suku Bani Salamah lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang dapat aku lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat?" Beliau bersabda, "Ya, yaitu mendo'akan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menunaikan janji keduanya setelah mereka tiada, menyambung persaudaraan yang tidak disambung kecuali karena keduanya, dan memuliakan kawan keduanya." (H.R.Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban di dalam Shahihnya)

Istighfar Anak

Dari Abu Hurairah ra berkata; "Rasulullah SAW bersabda; "Sesungguhnya ALLAH SWT mengangkat derajat hambaNYA yang sholeh didalam Syurga.Maka hambaNYA itu bertanya ; "Ya ALLAH,wahai Rabb'ku dari manakah aku mendapatkan semua (kemuliaan) ini?" ALLAH SWT menjawab ; "dengan sebab Istighfar anak2mu untukmu." HR Ahmad.

Bahaya Menggunjing

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain". Pesan al Qur`an ini, merupakan jawaban atas fenomena yang kita lihat saat ini. Yakni, agar kita terhindar dari perbuatan ghibah (menggunjing), mencari-cari kesalahan orang lain. Karena menggunjing ini dapat menyebabkan terlanggarnya kehormatan, keselamatan hati dan ketenangan di masyarakat. Perbuatan menggunjing, merupakan salah satu dosa besar yang membinasakan, merusak agama para pelakunya, baik sebagai pelaku ataupun orang yang rela ketika mendengarkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam al Qur`an : "Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". Menggunjing orang lain, tidak lepas dari salah satu dari tiga istilah, yang semuanya disebutkan al Qur`an. Yaitu : ghibah, ifku dan buhtan.

Wasiat

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf[1], (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan[2] antara mereka, maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS 2 Al Baqarah: 180-182]

[1]. Ma'ruf ialah adil dan baik. Wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan meninggal itu. Ayat ini dinasakhkan dengan ayat mewaris. 

[2]. Mendamaikan ialah menyuruh orang yang berwasiat berlaku adil dalam mewasiatkan sesuai dengan batas-batas yang ditentukan syara'.