Apakah jin juga diciptakan oleh Allah untuk suatu tujuan? Apakah mereka diperintah untuk beribadah? Juga apakah mereka dilarang dan diperintah sama dengan bani Adam?
Allah menciptakan jin dengan tujuan yang sama seperti Allah menciptakan manusia. Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat: 56).
Ayat di atas menunjukkan bahwa jin itu diperintah dan dilarang. Jin yang mentaati Allah, itulah yang Allah ridhai dan akan dimasukkan dalam surga. Sedangkan yang menentang dan bermaksiat pada-Nya, maka akan disiksa di neraka. Banyak dalil yang menjelaskan seperti ini.
Dalam ayat berikut dijelaskan bahwa jin juga akan menjalankan syari’at Allah dan ada pemberi peringatan di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman,
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آَيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al An’am: 130).
Dalil yang menunjukkan jin juga akan disiksa di neraka adalah ayat,
قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ
“Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu.” (QS. Al A’raaf: 38).
Juga dalam ayat lain disebutkan,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia” (QS. Al A’raaf: 179).
Begitu pula dalam surat As Sajadah disebutkan,
لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama” (QS. As Sajadah: 13).
Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa jin yang beriman akan memasuki surga adalah ayat,
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (47)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 46-47).
Pembicaraan dalam ayat di atas adalah mengenai jin dan manusia. Karena dalam ayat-ayat sebelumnya disebutkan,
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (14) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ (15)
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar Rahman: 14-15).
Ibnu Muflih berkata dalam kitab Al Furu’, “Para ulama sepakat, jin adalah makhluk yang terbebani syari’at secara umum. Golongan kafir dari jin akan masuk neraka, hal ini disepakati oleh para ulama. Sedangkan golongan beriman di antara mereka akan masuk surga, sebagaimana pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i. Mereka bukanlah menjadi tanah pada hari kiamat sebagaimana hewan ternak akan demikian. Balasan bagi orang beriman tetap adalah selamat dari neraka. Inilah pendapat yang menyelisihi pendapat dari Abu Hanifah, Al Laits bin Sa’ad dan ulama lain yang sepemahaman dengan mereka.”
Ibnu Muflih kembali berkata bahwa jin yang beriman akan berada di surga sesuai kadar balasan mereka sebagaimana yang lainnya. Hal ini berbeda dengan pemahaman Mujahid yang menyatakan bahwa jin tidak makan dan tidak minum. Atau jin dikatakan berada di tempat tersendiri di surga, yaitu di sekitar surga, sebagaimana pendapat dari ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Yang tepat sebagaimana kata Ibnu Hamid dalam kitabnya bahwa jin dan manusia mendapatkan beban syari’at dan juga diperintahkan untuk ibadah. Lihat Lawami’ Al Anwar Al Bahiyyah, 2: 222-223.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Tidak ragu lagi bahwa jin juga dituntut menjalankan suatu perintah, bukan hanya sekedar tashdiq (beriman). Jin juga dilarang dari sesuatu, bukan hanya sekedar dilarang dari mendustakan ajaran. Sesuai kemampuan mereka, mereka juga diperintah dalam hal ushul (pokok keimanan) dan furu’ (cabang keimanan). Namun prinsipnya, hukuman yang dikenakan tidaklah sama dengan manusia. Juga pada dasarnya tidak sama hal yang diperintah atau dilarang sama dengan manusia dalam hal hukuman. Walakin, jin dan manusia sama-sama diperintah dan dilarang, juga sama-sama dikenai hukum halal dan haram. Intinya, hal ini tidak ditentang sama sekali oleh para ulama kaum muslimin.
Begitu pula para ulama tidak berselisih pendapat dalam hal jin yang kafir, fasik dan ahli maksiat diancam siksa neraka. Sebagaimana manusia yang punya sifat demikian berujung sama seperti itu.
Yang para ulama bersilang pendapat adalah untuk golongan jin yang beriman. Menurut kalangan jumhur dari ulama Malikiyah, Imam Syafi’i, Ahmad, Abu Yusuf dan Muhammad, mereka berpendapat bahwa jin juga masuk surga. Yaitu dalam riwayat Thobroni disebutkan bahwa jin akan berada di surga di “robadhol jannah” (tempat tersendiri di surga). Sedangkan menurut ulama lainnya di antaranya adalah Imam Abu Hanifah, beliau berpemahaman bahwa jin yang taat akan berubah menjadi tanah (debu) sebagaimana keadaan hewan ternak pada hari kiamat. Balasan bagi mereka adalah selamat dari siksa neraka.” (Majmu’ Al Fatawa, 4: 233-234).
Semoga sajian tentang jin kali ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Wallahu waliyyut taufiq, taufik hanyalah dari Allah.