Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Membersihkan hati sebagai wadah ilmu

Hati merupakan wadah ilmu. Semakin bersih hati seseorang, maka akan semakin mudah baginya untuk menerima ilmu. Barangsiapa yang ingin memperoleh ilmu, hendaklah ia memperbagus batinnya dan membersihkan hatinya dari berbagai penyakit hati. Karena ilmu itu ibarat permata yang lembut, yang tidak pantas dimiliki kecuali oleh hati yang bersih.

Bersihnya hati itu kembali kepada dua hal pokok, yaitu:
- Bersih dari kotoran syubhat
- Bersih dari kotoran syahwat

Seandainya kita malu untuk dilihat oleh orang lain jika pakaian kita kotor, maka seharusnya kita lebih malu lagi kepada Allah, Dzat Yang Maha Melihat dan Mengetahui apa yang ada di dalam hati kita. Adakah di antara kita yang bisa menjamin bahwa hatinya bersih? Bebas dari berbagai kotoran dan penyakit hati? Bersih dari sifat iri, dendam, dosa, dan kesalahan? Apakah kita tidak pernah merasa malu dilihat oleh Allah dalam keadaan hati kita penuh dengan berbagai kotoran?

Padahal, di dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesunggungnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

Barangsiapa yang membersihkan hatinya, niscaya hati tersebut akan menjadi tempat bagi ilmu untuk bersemayam. Dan barangsiapa yang tidak menghilangkan kotoran dari hatinya, niscaya ilmu akan pergi meninggalkannya dan menjauhinya.

Sahal bin ‘Abdullah rahimahullah berkata, “Cahaya tidak akan masuk ke dalam hati yang di dalamnya terdapat sesuatu yang dibenci oleh Allah ‘Azza wa Jalla”