(QS 37 As-Saffat : 99-111)
Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku[1]. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh". Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar[2]. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia "Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[3]", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[4]. Kami abaikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
[1] Ibrahim pergi ke suatu negeri untuk dapat menyembah Allah dan berdakwah.
[2] Yang dimaksud ialah Nabi Ismail as.
[3] Yang dimaksud dengan "membenarkan mimipi" ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah SWT dan wajib dilaksanakannya.
[4] Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail as. maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan qurban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyari'atkannya qurban yang dilakukan pada hari Raya Haji.